Minggu, 04 November 2012

Expedisi Terunyan


 EXPEDISI TERUNYAN

Langit masih gelap, tetapi ingatanku akan rencana pagi ini membangunkanku. Hari ini aku akan menikmati indahnya Desa Terunyan bersama kawan-kawan Anak Alam. Desa Terunyan terletak di Kabupaten Bangli, sekitar satu setengah jam dari jantung Kota Denpasar. Pukul 7.00 aku sudah siap, tak lupa singgah di warung depan untuk sekedar sarapan nasi kuning. Tepat sesuai jadwal, aku sudah bertengger di markas Kalam pukul 7.20. Beberapa kalam sedang lesehan sambil sesekali terlihat mendiskusikan sesuatu. Satu-satu aku menyapa mereka, teman baruku. Di antara teman baru, aku bertemu seorang kakak yang lama tak ku temui, kakak bersuara merdu, Kak Risma. Dia seniorku di teater kampus dulu. Kehangatan pun terasa, kami saling menemukan kesamaan. Hingga satu per satu kalam lain datAng, kami memutuskan berdoa dulu sebelum berangkat. Tak ku sangka, aku ditunjuk oleh Sang dedengkot anak alam untuk menjadi MC saat acara berlangsung nanti di Terunyan. Kontan otakku mulai berputar memikirkan hal seru apa yang akan aku timbulkan disana.
Akhirnya kami berangkat dengan empat mobil pribadi, dipimpin Si Blacky, mobil VW kodok antic milik Bli Kodrat. Kami menyusuri jalanan Gatsu Barat menuju Penatih, kemudian lurus saja menuju Payangan. Di depan sebuah minimarket di Payangan kami berhenti sejenak menjemput rombongan dengan mobil Land Rover yang gagah. Disana kami baru menyadari ternyata kami kehilangan rombongan dua mobil di depan dan di belakang kami, Si Blacky dan Karimun silver. Kami akhirnya memutuskan untuk bertemu di Kintamani. Sesampai di Kintamani, dari kejauhan aku melihat Si Blacky sedang terparkir tepat di depan resto ikan bakar khas daerah sana, Mujair. Sepertinya Si Blacky lari kencang karena belum sarapan. Sungguh menggelitik. Lalu, rombongan menuruni Kintamani menuju Kedisan, tempat kami rencananya akan menyewa Boat untuk menyeberang sampai di Terunyan. Sebenarnya ada dua jalur yang bisa kami lewati, darat dan air. Untuk jalur darat medannya konon agak ekstrim.
Sesampai di Kedisan kami melihat bapak ibu berpakaian pemerintah berkeliaran di sekitar dermaga. Setelah di konfirmasi mereka sedang melakukan pembersihan dermaga. Ini adalah salah satu program bulanan Pemkab Bangli. Tak sengaja kami terhubung dengan Ibu Bupati Bangli. Beliau terlihat sangat antusias melihat niat kami pergi ke Terunyan untuk berbagi buku dan alat tulis pada adik-adik SDN 1 Terunyan. Beliau menyarankan untuk bertemu bapak bupati juga, yang saat itu sedang terlibat di tengah danau untuk membersihkan gulma. Tetepi karena kami harus bertemu adik-adik SDN 1 Terunyan sebelum pulul 12.00, kami memohon untuk bertemu bapak bupati sedatangnya dari Terunyan.
Akhirnya rombongan kami berangkat dalam dua jalur. Kebetulan aku berangkat dengan jalur darat. Aku menumpang Si Blacky. Ternyata Si Blacky masih tangguh, tidak sebanding dengan usianya. Dia membabat jalanan terjal dan berliku menuju Terunyan. Kalau boleh aku bandingkan, jalanan ini mirip trek rollercoaster di tempat hiburan itu, bikin jantung hamper copot. Ekspresi kami di dalam Si Blacky pun tak kalah seru, kadang berteriak histeris, kadang takjub melihat pemandangn danau dan gunung dari trek ini. Kalau aku sempat bercermin mungkin mukaku akan terlihat memerah karena banyak perasaan terbuncah.
Si Blacky merapat dibarengi land Rover gagah di belakangnya. Ternyata rombongan Boat sudah sampai sedari tadi. Kami segera mengeluarkan paket-paket buku dan alat tulis dari mobil dan segera membawanya masuk ke sekolah. Kami melewati gang kecil sebelum sampai di sekolah. Terlihat adik-adik SDN 1 Terunyan telah menunggu kami dengan senyum sederhana mereka. Mereka berlarian. Ada juga yang mengikuti kami dari belakang.
Sesampai di SDN 1 Terunyan, kami disambut hangat bapak kepala sekolah, Bapak Nyoman Siem, dan seorang gurunya.  Kami dipersilakan masuk dan duduk di ruang guru. Bapak Nyoman menyapa kami dan mempenalkan dirinya dan staffnya, begitu juga kami sebaliknya. Bapak Nyoman mempersilakan kami memulai kegiatan di wantilan banjar dekat sekolah. Murid-murid menuju wantilan dengan sangat ceria, seakan mereka akan bertemu artis dan segera mendapatkan tanda tangannya atau bahkan seakan mereka akan bertemu juragan berlian dermawan yang akan membagikan mereka berlian masing-masing satu genggam.
Hingga akhirnya mereka berbaris di wantilan, beberapa dari kami menghandel mereka per kelas. Bli Pande memulai memberikan sedikit pengarahan dan dilanjutkan dengan aku memperkenalkan kalam pada adik-adik. Setelahnya sebagai anak Indonesia, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sumbang-sumbang terdengar adik-adik menyayikan lagu itu dengan ragu, mungkin itu juga perasaan mereka terhadap Negara ini. Ragu apakah mereka memang anak Indonesia atau tidak. Jika iya mengapa mereka harus mengalami kesusahan dalam pendidikan di Negara yang kaya ini, sangat miris. Sudahlah, berikutnya kami mengadakan acara hiburan, seperti beberapa quis dan games. Banyak celotehan lucu yang terjadi saat itu. Mulai dari ketidaktahuan mereka bagaimana berbahasa Internasional, bahasa Inggris. Puspa, salah satu kalam membantu mereka untuk menyapa, menyebutkan nama dan asal dalam bahasa Inggris. Mereka terlihat sangat tertarik. Lalu kami beranjak menguji keberanian mereka tampil di muka umum. Hampir semua anak mengakat tangan ingin tampil, luar biasa. Salah satu kelompok penampil adalah anak-anak balita di sekitar sekolah. Mereka tampil dengan menyanyikan lagu khas anak Playgrup, syukurnya bukan salah satu lagu Noah Band. Acara berlanjut pada game konsentrasi oleh Bli Kodrat. Anak-anak sukses tertawa terbahak-bahak karenanya. Berikutnya, quis pengetahuan umum. Aku dengan cepat melempar pertanyaan tentang nama-nama pemimpin di sekitar mereka, mulai dari nama kepala sekolah mereka sampai nama presiden. Semua pertanyaan berhasil dijawab, kemampuan mereka memang tidak kalah dengan anak-anak di kota. Hanya kesempatan dan perhatian yang tidak mereka miliki.
Akhirnya tiba pada acara puncak, penyerahan paket buku tulis, alat tulis, sikat gigi, dan odol. Mereka dibagikan perkelas. Disela-sela penyerahan, kalam pendamping mengadakan games kecil dalam kelompok. Ada juga yang terdengar menyanyi. Setelahnya, adik-adik diminta berbaris lagi karena aka nada sedikit pengarahan dari Bli Pande. Tetapi memang dasarnya karakter anak seumur mereka sangat aktif, Bli Pande kelihatan kehabisan akal untuk menenangkan mereka. Mau tak mau aku ambil alih. Ku sikat mereka dengan jurus ‘Lomba Diam’, dan tidak menunggu semenit mereka langsung tertib dan diam. Pengarahan sampai pada mereka dengan selamat. Lalu dilanjutkan dengan Bu dokter gigi, Vidya memberika pengarahan tentang pentingnya sikat gigi.
Kami mengakhiri pertemuan kami dengan berfoto bersama. Adik-adik kembali kami giring ke sekolah dengan senyum yang lebih lebar dengan paket di tangan. Itu surga mereka. Dan kami pun pamitan dengan pihak sekolah dan kembali ke Kedisan. Kali ini aku lewat jalur air dengan Boat. Air danau itu hampir membasahi bajuku, tapi tak apa, aku menikmatinya. Deru mesin Boat, cipratan air, angin danau, biru hijau warna dasar danau, pemandangan gunung mengitari, itu semua sangat luar biasa. Biasanya aku hanya bisa menikmatinya di televisi, tapi sekarang aku ada di dalam layar itu.
Rombongan Boat merapat lebih awal di Kedisan. Setelah kegembiraan itu yang tersisa hanya perut yang ingin diisi. Syukurnya kami bertemu dengan ibu dagang kacang rebus keliling. Langsung saja kami borong dagangannya. Makan kacang rebus sambil bergurau kecil itu sederhana tapi aku yakin sangat mahal. Akhirnya rombongan jalur darat tiba. Kami berbagi bekal yang kami bawa. Menurut kabar, kami akan berkesempatan bertemu Bapak Bupati Bangli sore ini dalam serangkaian acara lomba yang diadakan pemkab. Seorang bapak datang mengundang kami untuk pergi ke wantilan banjar dimana Bapak Bupati berada. Kami diundang makan dulu sebelum acara dimulai. Sungguh rasa lapar yang bersambut.
Acara lomba-lomba dimulai dengan lomba makan kerupuk, kemudian lomba balap bakiak dan tarik tambang. Pesertanya adalah anak SD setempat, bapak dan ibu PKK. Kalam dimohon membantu jalannya acara. Semua tertawa, semua bahagia. Bapak Bupati dan Ibu pun ada disana untuk menyaksikan. Sungguh sosok pemimpin yang dekat dengan rakyat. Akhirnya lomba-lomba berakhir dan penyerahan hadiah pun dilakukan. Disana juga dilakukan penyerahan paket buku dan alat tulis dari kalam pada Bapak Bupati kemudian dari Bapak Bupati kepada perwakilan sekolah yang akan mendapatkan bantuan. Kami pun undur diri, tak lupa kami menjabat tangan Bapak Bupati Bangli. Sungguh, ini pengalaman pertamaku berjabat tangan dengan orang setingkatnya. Aku berjanji tak akan cuci tangan satu hari ini.
Rombongan kembali ke rumah masing-masing, kecuali rombongan mobil yang aku tumpangi. Mobil meluncur menuju Desa Songan. Pemandangan luar biasa tersaji. Batu-batu hitam hasil pendinginan larva Gunung Batur membingkai jalan menuju rumah Bli Pande di Songan. Ternyata batu-batu ini adalah hamparan hitam di lukisan Gunung Batur yang selalu aku pertanyakan selama ini. Takjub. Hari mulai gelap, angin khas pegunungan mulai terasa, kira-kira seperti suhu AC pada angka 16. Kombinasi yang luar biasa. Akhirnya kami sampai di rumah Bli Pande, kami disambut teh hangat manis dan obrolan hangat dengan orang tua Bi Pande tentang Indonesia sekarang ini. Saat itu juga aku tersadar bakat Si Bli berasal dari mana.
Obrolan kami akhiri karena hari semakin gelap. Mobil meluncur dalam dalam kegelapan, batu-batu hitam tadi tak lagi terlihat. Sesampai di kintamani kami berhenti sejenak untuk menurunkan, Dodik, salah satu kalam, untuk mengambil motor. Dia akan melanjutkan perjalannya dengan motor pulang ke rumah. Tinggallah aku dan Bi Pande di dalam mobil. Rasa lelah dan kantuk menguasai, sesekali kami membuka jendela agar wajah ini terpapar angin segar agar tidak mengantuk. Perjalanan menuju markas masih panjang. Trik berikutnya aku mainkan. Beberapa pertanyaan aku ajukan agar Pak supir tidak mengantuk, hingga akhirnya kami sampai di markas dengan selamat. Hari yang mahal. Terimakasih Terunyan, Kedisan, dan Songan. Terimakasih Komunitas Anak Alam. Ayo kita lanjutkan ini semua. Traveling, sharing, inspiring. (Dhias-Kalam)